Larut

A song-fiction based on a song: “Dissolve” by Absofacto.

I just wanted you to watch me dissolve, slowly In a pool full of your love But I don't even know how the chemistry works


A/n: I was in love instantly when i heard this song for the first time from some random videos. My head just flew away thinking about atsukita. I genuinely suggest you to listen to the song while read this story. One before you go, this is my own interpretation of this song.

P.s this song is genius!


No flask can keep it Bubble up and cut right through But you're someone I believe in

Tangan seorang pemuda dengan surai monokrom meraih labu erlenmeyer berisi aquades (baca: air). Ujung lancip ia arahkan pada mulut labu ukur dengan bagian akhir yang menggembung. Perlahan tangannya menuangkan aquades ke labu ukur. Perlahan aquades mengisi labu dan melarutkan sampel di dalamnya.

Larut, begitu pula pada lelaki di balik mikroskop di seberang si surai monokrom. Kedua netranya tak henti menatap dalam kagum sosok yang sedang membuat larutan. Sosok di balik mikroskop ialah bersurai pirang, hatinya keras akan embel-embel jatuh cinta. Namun kali ini semesta membuatnya larut dalam pesona pemuda di seberangnya. Ia percaya, semesta sedang menumpahkan dopamin yang berlebih hari ini. Suhu tubuhnya meninggi, degup jantungnya berantakan. Jelas, sangat jelas, ia sedang kasmaran dibuatnya.

You heat me like a filament Anytime you're in the room But you burned me and I'm smoking

Bagai filamen pada lampu yang panas dan menyala, perlahan kedua pipi si pirang yang tak lain adalah Miya Atsumu pun panas dan menyala. Fakta bahwa laboratorium tempat mereka berada hanya diisi oleh mereka sepasang, semakin membuat si pirang berdegup. Mungkin Atsumu bisa merasakan kepalanya berasap imajinatif karena terbakar pesona indah sosok di seberang sana.

Pesonanya mampu menginterupsi kegiatan Atsumu. Sejatinya, sebelum Atsumu menyadari eksistensi sosok di seberang sana, ia sibuk bercinta dengan mikroskop dan kertas. Tangannya sibuk menggambar apa yang sedang diamatinya. Sedangkan tangannya yang lain sibuk menggeser-geser preparat dan mengatur lensa. Namun, bagai reaksi fusi si monokrom mengeluarkan energi yang mampu menggaet perhatian Atsumu, bahkan sampai membuatnya jatuh dan larut.

I just wanted you to watch me dissolve, slowly In a pool full of your love But I don't even know how the chemistry works

Sungguh, si pirang Atsumu ingin sosok di sana menyadari bagaimana ia larut dalam pesona adiwarnanya. Apakah dirinya jatuh pada kolam cinta? Ya, dia kasmaran. Miya Atsumu yang hanya peduli pada karir dan studinya kini merasakan bualan yang disebut jatuh cinta.

Dalam benaknya ia sungguh tidak tau, reaksi kimia apa yang tiba-tiba terjadi di tubuhnya. Oh, hebat sekali sosok di seberang sana memberikan stimulus pada diri Miya Atsumu. Stimulus yang menyebabkan kelenjar Atsumu banjir dopamin dan berikan euforia.

When you're poolside Kicking in the dirt, kicking in the sand And stirring up trouble

Netra mahoni Atsumu mengamati nama yang terbordir di jas putih yang dikenakan si surai monokrom. Matanya memicing memusatkan fokus pada bordir.

'Kita Shinsuke', begitu kira-kira yang dibaca oleh penglihatan Miya Atsumu.

Tanpa sadar kedua ujung bibir tuan pirang tertarik membentuk busur ketika ia mampu membaca bordir pemuda di sebrang sana. Detik kemudian, tanpa aba-aba mata mahoni Atsumu dipertemukan dengan mata pemuda monokrom di sebrang sana. Rasanya Atsumu terhempas seperti pasir pantai yang terkena ombak laut. Cepat-cepat si pirang menunduk, memutus kontak agar tidak terlihat jelas. Ia pura-pura membenarkan goggles kemudian kembali pada mikroskopnya.

Kita Shinsuke—pemuda di sebrang Atsumu—mengamati kegiatan si pirang sejenak, kemudian ia kembali pada pekerjaannya. Tangan kanannya meraih pipet. Larutan yang ada pada labu ukur ia ambil dengan pipet, kemudian ia teteskan pada tabung reaksi. Ia melakukannya penuh dengan ketelatenan dan kehati-hatian.

Di saat si surai monokrom sibuk, lagi-lagi Atsumu memanfaatkan aji mumpung untuk curi-curi pandang. Atsumu mengamati tiap tetes larutan yang masuk pada tabung reaksi. Oh, Shinsuke nampak sangat sempurna saat serius, pikir Atsumu. Ia tak masalah bahwa distraksi yang ada menjadi penghambat pekerjaannya untuk menggambar objek pengamatan melalui mikroskop.

“Apa yang sedang kau amati? Preparatmu menunggu untuk diamati.” sontak mata Atsumu membulat mendengar sosok di sebrang angkat suara. Terlebih, Atsumu tertangkap basah curi-curi pandang. Seketika Miya pirang mati kutu dibuatnya.

“Maaf, tidak ada.” ucap Atsumu buru-buru. Kemudian ia kembali mengatur lensa. Tanpa disadari olehnya, pemuda bernama Shinsuke itu tersenyum melihat gelagat Atsumu.

Sial, Atsumu bisa gila. Ia sungguh kacau.

Can't find an exit I wander in a maze alone

Atsumu kacau. Ia terjebak dalam pesona yang membuat dirinya seketika bodoh. Ia bertanya dalam benak: bagaimana keluar dari kebodohan ini? Nihil, ia tak tau jawabannya.

Di lain sisi, Shinsuke diam-diam tertarik pada sosok di sebrang dengan mikroskop. Sungguh, otak Shinsuke berpikir untuk menjahilinya. Sambil mencampur larutan, Shinsuke tersenyum dalam hati. Sosok di sebrang sana sedikit menghibur dirinya. Ia mungkin akan melakukan sesuatu setelah ini. Otak jahil Shinsuke nampak senang akan eksistensi si pirang.

If I find you will you shock me? Left, left and right, right Pretty sure that I've been here before

Beberapa waktu berlalu, Shinsuke telah beres dengan kegiatannya. Ia telah mencuci seluruh alat yang digunakannya tadi. Kini, saatnya ia mengembalikan alat-alat itu ke tempat semula. Kebetulan yang manis, rak penyimpanan labu kimia ada di belakang Atsumu. Lekas saja Shinsuke membawa kakinya melangkah ke sana.

Di saat Shinsuke semakin berjalan mendekat, Atsumu mulai sedikit abai akan ekistensi indah di sebrang sana. Ia mulai fokus mengamati objek pada preparat dan mentransfer pengamatannya melalui sketsa pada lembaran putih. Bisa dikata, Atsumu cukup hebat dalam urusan sketsa seperti ini. Gambarannya hampir mendekati akurat. Atsumu sungguh berdedikasi dalam hal ini. Kesungguhan nampak dalam dirinya bila ia sudah menemukan fokus, contohnya saat ini, ia kembali fokus pada pekerjaannya.

Hingga, tiba-tiba sebuah suara almari terbuka menginterupsi atensi Atsumu. Sosok yang tadinya berada di seberang kini berada di belakangnya. Lagi, degup jantung Miya Atsumu kembali berantakan mengetahui hal itu.

“Maafkan aku mengganggumu.” ucap si surai monokrom sambil meletakkan labu yang dibawa pada tempatnya. Atsumu hanya bisa mematung sejenak mendengar penuturan maaf dari makhluk yang ia kagumi sejak tadi.

Buru-buru si pirang Atsumu kembali pada sketsanya sambil berdeham. “Tidak kok, tidak masalah.” Atsumu sungguh payah. Ia gugup setengah mati. Dirasanya kedua telapaknya berkeringat, kedua pipinya pun menyala bak filamen lampu di atasnya.

“Oh, sedang membuat gambar? Keliatan hebat menggambar?” tanya Shinsuke sambil mengambil tempat di samping Atsumu.

Kita Shinsuke mengulum senyum mengamati tangan kanan si pirang menggesek-gesekan pensil pada kertas membentuk sketsa. Shinsuke menerka bahwa si pirang tengah menggambar jaringan dari makhluk hidup. Netranya mengamati setiap goresan yang si pirang buat. Ia mengamati penuh antusias.

Kedua manik yang mengamati sketsa, perlahan naik menuju sosok yang membuat. Lamat-lamat ia dapat mengamati rona merah pada pipi hingga tengkuk dan telinga sosok di hadapannya ini. Shinsuke terkekeh dalam hati. Sungguh, sosok di depannya ini seperti mangsa empuk—mudah untuk dijahili.

Tiba-tiba dari pundak sebelah kanan Atsumu, Shinsuke muncul secara tiba-tiba. Ia penasaran akan pengamatan si tuan pirang. Maka ia pun mencetus ingin melihat objek melalui mikroskop.

“Boleh aku melihat?” sontak Atsumu yang tersadar pun langsung memberi sedikit jarak dan mengangguk sekilas. Atsumu memberi izin si monokrom. Langsung saja si surai dwiwarna mendekatkan netra berbalut goggles ke arah lensa okuler. Ia pun tersenyum mengamati preparat di sebrang lensa obyektif. Namun, di lain sisi detak jantung Atsumu terobrak-abrik kacau karena jarak mereka yang begitu dekat.

And it isn't what I wanted I just wanted you to watch me dissolve, slowly In a pool full of your love

Pemuda bernama Shinsuke tadi kembali duduk di bangku sebelah Atsumu persis. Senyum tak lepas dari wajah eloknya.

“Siapa namamu?” tanya Kita Shinsuke pada si pirang sambil menyangga kepalanya dengan tangan kanannya. Sejenak aktifitas Atsumu terhenti, atensinya ia arahkan sepenuhnya pada sumber suara.

“Atsumu? Miya Atsumu?” ucap Shinsuke mengintip bordir nama pada jas lab yang dikenakan si pirang.

“Ya-ya! Atsumu, namaku Miya Atsumu!” Atsumu gelagapan menjawabnya. Sosok di depannya pun terkekeh. Atsumu tak berani menatap lawan bicaranya.

“Kau lucu!” ucap Shinsuke to-the-point sukses membuat sosok di dedapannya terdiam kaku bagai terkena aliran listrik tegangan tinggi. Atsumu yang tadinya tak berani, seketika pun berani menatap lawan bicaranya yang masih setia menyunggingkan senyum sambil menyangga kepala.

Indah Manis Manis sekali

Benar, Atsumu langsung tenggelam pada tatap. Ia tenggelan dalam manik indah si monokrom. Pupilnya membesar menangkap objek di depannya. Seketika dopamin dalam dirinya semakin meningkat. Euforia tak terbendung membanjiri dirinya, hingga menyebabkan ribuan kupu-kupu di perutnya terbang.

Irasional, cinta memang irasional dan bodoh. Atsumu tak mampu menemukan logika saat ini. Ia hanya tau bahwa ia sedang jatuh pada pesona seseorang. Ini adalah kali pertama ia menjadi bodoh seperti ini.

“Panggil aja aku Shinsuke!”

Shinsuke, andai kau tau bahwa aku larut bagai sampel mu tadi? Larut. Aku larut. Apakah kau juga larut sama sepertiku? Aku ingin tau!

“Kau manis!” ucap Atsumu sembrono tanpa sadar. Ia merutuki kebodohannya dalam hati setelah ia melontarkan ucapannya. Sosok di depannya pun tertawa lepas melihat kelakar si pirang bernama Miya Atsumu.


A/n: It rarely happen that i could finish a writing in one sitting, but this one seems got an exception (SIKE!!!). Writing this fiction really fun and somehow gave me mixed feelings. I could find solace and happiness yet a longing feelings when wrote this one. This really make me miss the day when i got chemistry and biology class in laboratory. That was fun tho. I miss that moment so bad (and getting worse) as I'm writing this note :( Cri, sad :((((