NARASI: ReoNagi + RinSagi

⚠ ATTENTION !! ⚠

bxb , m/m , harsh words , misuh , local interactions , very ooc , cringe , self indulgent , possibly typo(s) , 1.3k words

Please read the social interactions at the first place.

ENJOY!


“Lo belain Isagi? cupu banget.” kalimat provokatif lolos dari mulut Mikage Leo—Reo.

“Maksud, lo?! Gue lakinya, wajar kalo gue belain dia!” tangan kanan Itoshi mencengkram kerah laki-laki bersurai ungu di hadapannya. Nampak jelas emosi sudah memuncak berada di ubun-ubunnya. Ia siap meledak kapanpun.

“Ngapain? Ini urusan gue sama Isagi. Napa lo jadi sok pahlawan?” Leo semakin provokatif. Ia bahkan menyelipkan tawa sinis di akhir kalimatnya.

Mendengar ujaran Leo membuat diri Rin semakin terbakar amarah. Kalimat Leo adalah bensin yang sengaja disiram dalam api. Betul saja, Rin semakin mengetatkan cengkramannya. Indikasi nyata bahwa Rin benar-benar marah.

“Reo,” Nagi Seishiro menarik hoodie Leo Mikage dari belakang secara tiba-tiba. Ia mencoba memisahkan si ungu dari si surai hitam—Rin.

Di lain sisi, Isagi Yoichi menggeret Rin mundur setelah berhasil memisahkannya dengan Leo. Setelah itu, Isagi melepaskan cengkraman tangan Itoshi Rin dan membawanya menjauh. Ia bisa merasakan seluruh otot Rin menegang hanya dengan menyentuh lengan Itoshi. Kekasihnya ini sungguh berkabut akan emosi marah.

Setelah keduanya terpisah, tanpa aba-aba Nagi langsung mencubit pinggang Leo kekasihnya. Yang bersangkutan tentu kaget dan mengaduh.

“Berhenti bego deh.”

“Aduh, aduh.. Nagi jangan KDRT. Sakit aduh, iya, iya, iya!” Mikage Reo mengaduh kesakitan.

“Reo kalo balik ke sana kita putus.” gretak si surai putih sambil masih mencubit pinggang Leo. Ia tidak main-main dalam memberikan cubitan. Ngeri.

“Engga, Reo ga ke sana. Udah, peace!” ucap si tunggal Mikage sambil membuat tanda 'peace' untuk meyakinkan kekasihnya bahwa ia jera.

Di belakang Nagi, Isagi Yoichi tengah menatap kekasihnya—Itoshi Rin—sambil menyilangkan tangannya. Tatapannya sinis, namun Rin tak kalah sinis. Wajah datar tanpa ekspresi milik Rin pun keluar. Namun, kali ini emosi marah ikut menyelimuti wajahnya.

“Rin, selangkah maju ke sana kita putus.”

“Aku belain kamu, Ochii!”

“Yo-i-chi! Ochii siapa?” sergah si erang Isagi. Ia menampik nama sapaan (baca: kesayangan) dari Rin. Itoshi kesal dibuatnya. Nampak dari bibirnya yang mengkerucut dan alisnya menaut.

“Udah ah. Kalian tuh salah paham aja! Hadeh malu-maluin banget.” lanjut Isagi pada kekasihnya itu. Seketika kedua netra sewarma teal milik Rin membulat. Alisnya ikut menaut.

“Salah paham gimana?”

***

“Reo, udah ah.” Nagi Seishiro mencoba melepaskan diri dari dekapan kekasih ungunya. Namun si ungu enggan mengabulkan permintaan si putih. Sebaliknya, ia makin mengeratkan pelukannya.

“Nagi, masih mau peluk. Kamu anget, enak.” Reo meletakkan dahi di ceruk leher Seishiro. Ia enggan melepaskan kekasihnya ini dari dekapan. Ia sungguh nyaman dengan sesi pelukan ini. Mikage Leo suka pelukan.

“Aku mau beli kopi di luar, sambil nugas. Pulangnya sekalian belanja bulanan.” protes Nagi dengan nada ketus. Ia masih berusaha melepaskan diri.

“Kamu di rumah aja, nanti biar supir aku yang anter belanjaan kamu. Sambil kopinya aku beliin juga pake ojol.”

Nagi melepas napas berat. Ia lelah dengan perlakuan kekasihnya ini. Mikage Leo terlalu memanjakannya seperti bayi yang tidak bisa apa-apa. Pada titik ini, Seishiro sangat kesal.

Niat hati Leo memang baik, namun itu sudah keterlaluan bagi Nagi. Ia ingin memiliki kehidupan yang normal. Ia juga ingin memiliki waktu untuk sendiri.

“Apasih, Yo. Kan aku mau ke luar sama temen. Udah lama ga keluar juga.” protes si putih Seishiro. Nada kesal nampak jelas di ucapannya.

“Aku ikut.”

“Ga mau! Kamu sukanya geledotan kalo sama aku. Udah ah.” Nagi masih berusaha melepaskan diri.

“Nanti kamu ilang.”

“Engga, Yo!”

“Kamu kecil, imut, lucu, nanti ilang diculik.” ucap Leo ingin mempengaruhi Nagi. Ia masih mengeratkan dekapannya.

“Bro.. Sadar diri ey. Aku 190, Reo yang lebih pendek.” Nagi memutar matanya kesal.

“Aku pendek?” Leo membuat-buat nada memelas di ucapannya.

“Udah ah, aku udah ditungguin.”

“Emang siapa yang nungguin?”

“Kepo.” sergah Nagi ketus. Ia enggan memberi tau sosok yang telah menunggunya.

Tak berhenti, Leo mencari cara. Ia mengendus ceruk leher Nagi dan mengusap-usapkan hidungnya di sana. Hal tersebut tentu saja menyebabkan sang empu leher geli dibuatnya.

“Nagi ayo bilang.” bujuk Leo masih dengan sesi menggelitiki kekasihnya.

“Isagi. Ih udah, geli!” ucap Nagi pasrah. Nama yang dilontarkan Seishiro membuat Leo berhenti seketika. Ia melonggarkan pelukannya tiba-tiba.

“Isagi?” ucap Leo memastikan. Saat ini lah, Nagi memanfaatkan kesempatan untuk lepas dari dekapan. Leo.

“Bye.” Si surai putih langsung melesat untuk melarikan diri dari sang kekasih.

“Nagi!”

Pasrah, Leo hanya bisa memandang kekasihnya berlari meninggalkan dirinya.

***

“Besok lagi ga usah lebay deh. Lagian bukan Isagi yang ngide, tapi aku. Karena aku udah lama pengen keluar sendiri.” Nagi mulai memberi ceramah pada kekasih ungunya. Yang diberi ceramah hanya bisa diam sambil memasang muka memelas, namun bibirnya mengkerucut kesal.

“Maafin Leo, ya.”

“Hadeh.. kamu, lain kali ga usah gitu. Bikin malu aja.” Nagi menyibakkan poninya ke belakang, membuat jidatnya terekspos, sambil berkacak pinggang. Ia lelah dengan kelakuan kekasihnya hari ini. Nampak raut frustrasi di wajah Seishiro.

“Nagi masih marah sama Leo?” tanya Leo dengan nada seolah memohon belas kasihan.

“Ya lo pikir aja sendiri.”

“Iya, maafin Leo.”

“Kamu minta maafnya sama Isagi. Cepetan sana.” Seishiro membuat gestur menunjuk Isagi dengan kepalanya.

Mikage Reo memandang dua pasang laki-laki yang tak jauh darinya. Keduanya sama kacaunya dengan dirinya dan Nagi. Yang satu mengomel dengan berkacak pinggang, satunya lagi diam. Persis ia dan Nagi.

“Ayo, cepetan sana minta maaf. Kalo ga, ga ada acara cuddle cuddle.”

Berat. Tanpa cuddling dengan kekasihnya, Reo bisa membayangkan bahwa ia tak akan bisa hidup. Dunianya akan gojang-ganjing bila tidak mendapat pelukan Nagi Seishiro. Maka, dengan berat hati ia meng-iya-kan ucapan kekasihnya.

Beberapa detik kemudian, setelah mengembuskan napas, Leo mulai melangkahkan kakinya. Ia bergerak menghampiri sosok Isagi Yoichi. Nagi pun mengekor di belakangnya.

Setelah sampai pada Isagi Yoichi, lekas Leo membuka kata, “Isagi,”.

Sosok yang dipanggil 'Isagi' langsung mengarahkan atensi ke sumber suara di sampingnya.

“Gue minta maaf. Sorry.” lanjut Leo langsung pada intinya. Permintaan maafnya terdengar tidak tulus, hal itu langsung diketahui sang kekasih.

“Yang ikhlas, Reo!” protes Nagi galak.

“Ini ikhlas, Sayang.” protes Leo membela diri.

“Ulangin. Ga niat bener maaf lu.” kekasih Isagi Yoichi—Itoshi Rin—menimpali dengan ketus.

“Diem.”

“Reo!” Nagi langsung angkat suara.

“Iya, iya, iya. Isagi, gue minta maaf, ya. Gue udah ceroboh dan overreact. Gue minta maaf.” Reo mengulang permintaan maafnya. Ia membuat nadanya sehalus yang ia bisa, namun tetap saja terdengar sangat terpaksa. Nagi menepuk dahi dibuatnya.

“Heleh.” timpal Rin lagi-lagi. Ia masih kesal pada sosok Mikage Reo karena mengusik pacarnya.

“Rin!” Isagi langsung menyenggol Rin.

“Iya, ga apa kok, Yo. Santai aja. Yang penting semua udah clear.” jawab Isagi pada Leo.

“Kamu juga. Belom aku jelasin udah nyelonong aja pergi.” lanjut Isagi menyeramahi si netra teal.

“Minta maaf juga sana sama Reo.” pungkas si surai erang, Isagi Yoichi, pada kekasihnya.

“Haha.” seolah merasakan dendamnya dan puas. Reo tertawa nista mendengar kalimat Isagi.

“Gue minta maaf.”

“Itoshi Rin!” Isagi langsung naik mendengar nada tidak ikhlas dari permintaan maaf Rin.

“Fine! Reo, gue minta maaf. Gue udah overreact juga. Sorry.”

“Good boy.” ucap Isagi sambil memberi tepuk tangan kecil.

“Ya udah, bye. Gue mau pulang.” Nagi langsung menyelonong meninggalkan ketiga orang di sana. Ia membawa langkahnya menjauh keluar dari taman. Sikapnya itu membuat kedua mata Mikage Reo membulat kaget, lantas ia mengejarnya.

“Nagi, tunggu! Kita pulang bareng!” ucap Leo begitu berhasil menyamai langkah Nagi, kekasihnya.

“Ga ada. Gue pulang sendiri. Gue udah pesen ojol. Bye.” nagi tak acuh pada Leo. Ia terus melangkah sambil menatap ponsel pintarnya.

Tak lama kemudian, ojol yang dimaksud langsung datang. Lekas ia langsung naik.

“Isagi, thank you and sorry for the mess.” ucap Nagi setengah berteriak pada Isagi dari atas sepeda motor.

“Santai aja, gue juga mau pulang.” ucap Isagi juga setengah berteriak. Kemudian Nagi dan ojol melaju meninggalkan taman. Tentu saja hal tersebut membuat Leo cengo parah. Ia masih menganga melihat kekasihnya yang semakin menjauh dimakan jarak. Hatinya mencelos dibuatnya.

“Ochii sama Rin!” Itoshi Rin langsung angkat suara begitu melihat adegan dramatis yang baru saja terjadi.

“Lu siapa? Gue mau pulang sendiri.” Yoichi cepat-cepat memesan ojol. Ia mengikuti jejak kawannya, Nagi.

“Ochii?”

“Udah pesen ojol juga nih.” Yoichi menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan tulisan bahwa ojol yang dipesannya tengah berada dalam perjalanan. Seketika Rin cengo.

“Ochii kok gitu?”

***

(21/10/21)