On Cloud Nine: Narasi

Pipi merah bersemu, si bujang Miya Atsumu tersipu-sipu


Hari setelah malam panjang di mana si bujang Miya Atsumu tidak bisa tidur pun tiba. Semua normal seperti biasa, yang tidak normal hanyalah debaran jantung Atsumu. Keringat sebesar biji jagung pun memenuhi dahinya, jangan lupa tangannya yang dingin mirip mayat. Atsumu tengah terserang penyakit lengkap: gugup, gelisah, gundah gulana. Si bujang terus memompa nyali untuk bertemu seseorang.

Pagi ini, tepat pukul enam ia berada di depan ruang ganti club voli Inarizaki. Karena ia hafal betul kapten dengan surai dwiwarnanya selalu berada di tempat ini tiap pagi, maka di sini lah Atsumu berada.

Pagi ini Atsumu akan melancarkan rencananya. Rencana untuk menyatakan perasaannya kepada si sempurna Kita Shinsuke. Bahkan hari ini ia rela bangun awal—mendahului Osamu—untuk momen ini. Ya, momen untuk menyatakan perasaannya setelah kurang lebih dua tahun dipendam. Hidup dan matinya ia pertaruhkan hari ini. heleh

Perlahan tangan Atsumu mendorong daun pintu ruang ganti club. Benar saja, sosok yang dituju berada di sana. Ia tengah berjongkok mengelap bangku panjang dengan telaten. Setiap inci permukaan ia pastikan dengan teliti tak ada debu menempel. Ini bukanlah hal yang mengejutkan, semua anggota voli sudah hafal dengan ini. Kita Shinsuke melakukan ritual bersih-bersih setiap hari.

Setelah acara mengamati dalam diamnya selesai, lagi-lagi Atsumu memompa nyali. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya. Lalu, dengan berani ia menguatkan suara memanggil seniornya dalam satu tarikan napas.

“Kak,” panggil Atsumu dengan suara bergetar yang dipaksa tegas. Langsung saja yang dipanggil menolehkan kepala ke sumber suara. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Miya pirang. Kemudian ia bangkit dan mengarahkan atensi pada Atsumu.

“Anu...”

“Anu apa, Atsumu?”

“Itu lho Kak.. Aduh..” Atsumu rasanya ingin hilang saja saat berhadapan dengan Kita Shinsuke. Ia berusaha menata kalimatnya.

Shinsuke menautkan kedua alisnya. Senyum kecil menggantung di wajahnya. “Itu apa, Atsumu? Saya engga paham kalau kamu engga spesifik seperti itu.”

Kalimat Shinsuke sukses membuat pukulan telak bagi Atsumu. Ditambah Shinsuke yang berjalan mendekat ke arah Atsumu. Debaran jantungnya makin tidak normal. Tangannya yang sejak tadi dingin, semakin dingin saat ini. Dengan susah payah Atsumu menata kalimatnya. Dengan jarak mereka yang relatif dekat, Atsumu mengeluarkan semua tekad yang ia telah ia kumpulkan. Satu tarikan napas dan si pirang meloloskan kalimatnya.

“Jadi Kak, Atsumu selama ini suka sama Kak Kita. Sejak Atsumu kelas 1, waktu liat Kak Kita di club voli,” Atsumu menjeda kalimatnya. Shinsuke masih mengarahkan atensi sepenuhnya pada lawan bicaranya.

“Seperti janji Atsumu kemarin. Atsumu ke sini mau nembak Kak Kita,” lagi-lagi Atsumu menjeda kalimatnya. Shinsuke menatap lekat lawan bicaranya.

“Kak Kita mau jadi pacar Atsumu?” lanjut Atsumu memungkasi sesi tembak-menembak yang meresahkan ini. Jangan lupa wajah si pirang yang merah sempurna saat mengucapkan kalimat itu. Shinsuke tersenyum lima jari dibuatnya.

Perlahan kedua tangan sang setter menyodorkan sesuatu kepada Shinsuke. Di kedua telapak tangannya terdapat sebuah coklat berbentuk telur yang dengan tulus diberikan untuk sang pujaan hati.

“Janc- mm-” “Ssshhtt!”

Kedua insan dalam ruang ganti kompak menoleh ke sumber suara. Seluruh atensinya tertuju pada suara ramai langkah kaki yang semakin cepat menjauh. Walau samar, Atsumu nampak sangat familiar dengan suara tadi. Seketika dalam otaknya muncul nama sang kembaran saat mendengar suara tadi.

Suasana yang sempat kacau tadi seketika buyar ketika tawa Shinsuke menggema di udara. Atsumu kembali mengarahkan atensi pada kaptennya.

“Ya, saya mau. Shinsuke mau jadi pacar Atsumu.” jawab Shinsuke masih dengan sisa tawa dan senyum lebar.

Uluran tangan menggapai coklat telur dari tangan Atsumu. “Terima kasih coklatnya, saya terima.”

“Kak, itu di dalemnya ada mainannya lho!” ucap Atsumu percaya diri. Shinsuke tertawa mendengarnya.

Atsumu mengedip beberapa kali menatap Shinsuke. “Udah sah pacaran ini?”

“Iya, Atsumu. Mau kamu langsung menikah?” ucapan Shinsuke yang 'blak-blak-an' sukses membuat kedua telinga Atsumu merah. Ia semakin kikuk dibuatnya. Shinsuke yang melihat gelagat Atsumu pun tertawa ringan karena gemas.

Sepertinya Shinsuke mulai menikmati acara menggoda junior pirangnya ini.

“Saya engga ngira kalau kamu bisa payah dalam hal kaya gini. Saya kira kamu tipe casanova yang anggap sepele hal semacam ini.” ucap Shinsuke masih dengan nada bercanda dan sisa-sisa tawa.

“Jadi Atsumu selama ini image-nya kaya gitu ya, Kak?” terdengar nada murung dari tanggapan si Miya Pirang. Mendengar itu si surai dwiwarna jadi sedikit iba.

“Saya bercanda, Atsumu. Maaf, ya?” ujar Shinsuke tulus dengan senyuman.

“Iya kak, santai aja.” Atsumu menanggapinya santai.

“Um.. Kak, kalau boleh tau. Kenapa Kak Kita tiba-tiba kemarin ngajakin pacaran gitu? Serius, Atsumu masih bingung.”

Kita kembali tertawa. Hal itu begitu menggelitik dan memanjakan telinga serta mata Atsumu. Hal itu berhasil mencetak semu kemerahan di pipi Miya Atsumu. Namun ia juga bingung dibuatnya. “Karena kamu lucu?” jawab Shinsuke.

Atsumu mengaitkan kedua alisnya semakin bingung dengan sang kapten.

“Ya, sebenarnya saya suka sama Atsumu sejak lama.”

“Beneran?” timpal Atsumu cepat-cepat.

“Iya, saya suka sama Atsumu sejak kelas dua. Selain saya suka Atsumu sebagai setter dengan segala kemampuannya, saya memang suka dengan Atsumu secara personal. Ya karena tingkahnya dan semua yang Atsumu punya. Kamu seperti personifikasi dari 'matahari'. Lucu, hangat, dan penuh cinta,”

“Intinya, Shinsuke suka dengan Atsumu. Makanya saya mau pacaran dengan kamu.” Atsumu rasanya seperti tewas di tempat seketika Kita menjelaskan alasannya dengan panjang lebar. Terlebih kalimat pamungkasnya yang membuat Atsumu terbang ke langit ketujuh.

“Kak? Bener?” lagi-lagi Atsumu bertanya. Ia masih belum percaya. Pasalnya memiliki Kita Shinsuke menjadi kekasihnya adalah fantasi indah yang sulit dipercaya untuk jadi nyata.

“Iya.” jawab Kita Shinsuke dengan senyum merekah, namun Atsumu masih saja sulit percaya.

“Kamu lucu banget kalau lagi malu-malu,” kalimat sempurna yang berhasil membuat Miya Atsumu mati gaya lolos dari mulut Kita Shinsuke.

“Ayo keluar, sudah hampir mulai kelas.” ucap sang kapten sambil meraih tangan Atsumu dan menautkan jari-jari mereka. Detik kemudian mereka berlalu meninggalkan ruang ganti club.

Hari ini Miya Atsumu serasa terbang ke langit dan meluncur bebas. Ia benar-benar bahagia seperti pada kisah telenovela.

It feels like floating on cloud nine!

©rosette nebulae