Sempurna
Sejoli utuh tak bercela; lengkap segalanya; SouRin
Di dalam dorm, laki-laki bertubuh bersekal dan tegap dengan surai legam tengah mengangkat dan memutar bahu kanannya penuh hati-hati. Lalu perlahan ia pijat bahunya itu—bahu berbalut shoulder-brace di balik kaos hitam yang ia kenakan.
Pintu terbuka tiba-tiba. Pelakunya adalah laki-laki dengan surai merah. “Sousuke! Hehe.. Belum tidur?”
“Belum.” jawab si empu nama 'Sousuke'.
Si pemuda surai merah atau yang akrab dipanggil Rin itu mengangguk. Lalu langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Ya, Sousuke dan Rin berbagi kamar dalam satu dorm.
“Sou-”
“Rin-”
Ucap dua insan dalam ruang bersamaan. Setelah itu hanya ada hening aneh di antara mereka.
“Kau dulu, Rin.”
“Tidak, kau dulu!” timpal Rin dengan raut kesal andalannya. Sousuke yang mendengar pun mendengus geli.
“Aku akan melakukan operasi minggu depan. Aku akan ke Tokyo untuk operasi bahu kananku.” ucap Sousuke dengan nada serius. Rin terdiam kaget mendengarnya.
“Bahu kananmu?”
“Maaf, Rin. Aku menyembunyikannya sejak SMP. Sebenarnya, aku pindah ke Samezuka karena nekat, ingin berenang denganmu lagi. Aku sebenarnya sedang menjalani rehabilitasi penyembuhan cedera bahu. Dan juga aku tidak disarankan untuk berenang. Dokter bilang ada kemungkinan bahwa cederaku akan menjadi permanen, terlebih bila aku berenang lagi,” jeda Sousuke. Rin masih konstan dengan wajah terkejut.
“Tapi itu lebih baik di saat aku bisa menghabiskan masa berenangku bersamamu di Samezuka. Ya, di sini lah aku sekarang. Terima kasih Rin, kau mau menemaniku. Aku senang melihatmu berkembang semakin baik sepulang dari Australia.”
“Sial! Kau konyol sekali! Aku tak tau kalau kau sebodoh ini! Kau naif! Sekarang dengan siapa aku berenang, huh?! Kau akan meninggalkanku!?” Rin lepas kendali, ia begitu emosional. Tanpa sadar air mata membanjiri wajahnya. Sousuke pun dengan refleks menghampiri Rin dan memberikan pelukan penenang. Ia paham betul bahwa Rin sangatlah lembut hati, mudah tersentuh.
Dalam pelukan Sousuke, diusapnya lembut terus-menerus Rin. Tak lupa Sousuke bisikan afirmasi yang menenangkan. Rin terus saja menangis tersedu-sedu, hingga keduanya terlelap satu ranjang.
***
Satu pekan berlalu dan hari di mana Sousuke melakukan operasi pun tiba. Rin saat ini tengah berdiam dalam dorm seorang diri. Ia tengah membaringkan diri di ranjang bawah—ranjangnya—dan memandang ranjang di atasnya—ranjang Sousuke. Dalam diam ia sedang dihantam cemas. Terpikir bagaimana bila Sousuke akan berhenti berenang dan meninggalkannya. Bila hal itu terjadi, benar-benar mimpi buruk bagi Rin. Ia mungkin tak akan utuh dan sempurna lagi seperti dulu bila itu terjadi.
***
Tujuh hari berlalu semenjak Sousuke melakukan operasi di Tokyo. Kini ia kembali ke Samezuka—Iwatobi. Ketika dirinya berada di gerbang utama stasiun, nampaklah pemuda surai merah menunggunya. Tanpa pikir panjang dihampirilah ia.
“Selamat datang, Sousuke!”
“Ya, aku pulang. Terima kasih sudah menjemputku.”
“Ayo cepat masuk ke mobil!”
“Tunggu, kau tak mau mendengar kabar operasiku?”
“Kau bisa katakan nanti di dorm!” elak Rin ia berusaha kabur dari kenyataan. Ia belum dan tidak akan pernah siap mendengar berita dari mulut Sousuke.
“Rin, dengarkan aku. Kau harus, oke?” ucap Sousuke serius. Rin pun terpaksa diam dan berusaha kuat walau dalam dirinya takut setengah mati.
“Operasiku berhasil. Terima kasih, Rin!” air mata yang berusaha di tahan Rin pun jatuh berceceran. Lekas ia menghambur dalam pelukan Sousuke.
-Tamat